Jumat, 12 April 2013

Protozoa (Mikrobiologi)


My Homework
SOAL
1.      Buat ringkasan tentang protozoa mengenai :
A.    Peranan protozoa di alam
B.     Habitat protozoa
C.     Reproduksi protozoa
D.    Pengelompokan atau klasifikasi protozoa
2.      Tuliskan 5 contoh organisme dari jamur, alga, dan protozoa serta jelaskan masing-masing tentang :
a.       Ciri-ciri secara umum
b.      Habitatnya
c.       Peranan (keuntungan & kerugian) dari masing-masing organisme
d.      Reproduksi dari masing-masing organisme
e.       Tampilkan gambar dari masing-masing contoh organisme tersebut
3.       Carilah artikel penelitian tentang jamur, protozoa, alga (pilih salah 1)



PROTOZOA
Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah Anthony Van Leeuwenhook. Protozoa adalah mikroorganisme yang menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Protozoa berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari kata proto dan zoon, artinya “binatang pertama”, merupakan protista eukariotik yang terdapat sebagai sel-sel tunggal dan dapat dibedakan dari protista eukariotik lain dari kemampuannya beralih tempat pada tingkat tertentu dalam daur hidupnya dan dari tiadanya dinding sel. Makhluk ini terutama berukuran mikroskopik. Kadang-kadang terbentuk koloni, yaitu kumpulan sel-sel sendiri.
A.    Peranan Protozoa di Alam
*      Peran protozoa yang menguntungkan :
Ø  Berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan untuk komunitas dalam lingkungan akuatik.
Ø  Indikator minyak bumi, fosil Foraminifera menjadi petunjuk sumber minyak, gas, dan mineral.
Ø  Bahan penggosok, endapan Radiolaria di dasar laut yang membentuk tanah radiolarian, dapat dijadikan sebagai bahan penggosok.
Ø  Mengendalikan populasi bakteri, sebagian protozoa memangsa bakteri sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah populasi bakteri di alam.
Ø  Sumber makanan ikan, diperairan sebagian protozoa berperan sebagai plankton dan benthos yang menjadi makanan hewan air, terutama udang, kepiting, ikan, dan lain-lain.
*      Peran protozoa yang merugikan :
Ada beberapa protozoa yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak. Mereka berkembang biak dalam inangnya, sama seperti bakteri. Beberapa hanya hidup sebagai parasit obligat dan dapat menimbulkan penyakit kronis. Penyakit-penyakit yang disebabkan protozoa antara lain :
Jenis penyakit
Protozoa
Disentri
Diare (Balantidiosis)
Penyakit tidur (Afrika)
Toksoplasmosis (kematian janin)
Malaria tertiana
Malaria quartana
Malaria tropika
Kalaazar
Surra (hewan ternak)
Entamoeba histolytica
Balantidium coli
Trypanosoma gambiense
Toxoplasma gondii
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium falciparum
Leishmania donovani
Trypanosoma evansi

B.     Habitat Protozoa
Habitat hidup protozoa adalah tempat yang basah atau berair, umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut kista. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka menyebabkan penyakit kronis. Nutrisi protozoa bermacam-macam :
ü  Holozoik (heterotrof), makanannya berupa organisme lain.
ü  Holofilik (autotrof), dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya.
ü  Saprofitik, mengunakan sisa bahan organik dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik.


C.     Reproduksi Protozoa
Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan seksual.
Ø  Reproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan cara :
1.      Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada Amoeba, Paramecium, Euglena.
2.      Spora, perkembangbiakan dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.
Ø  Reproduksi secara seksual (generatif) dengan cara :
1.      Konjugasi, yang merupakan penyatuan fisik sementara antara dua individu yang diikuti dengan pertukaran bahan nukleus, hanya dijumpai pada siliata.
2.      Peleburan gamet sporozoa (Apicomplex) telah dapat menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Peleburan gamet ini terjadi didalam tubuh nyamuk.

D.    Klasifikasi Protozoa
Protozoa memiliki 4 kelas yang dibedakan berdasarkan alat geraknya : flagelata, amoeba, siliata, dan sporozoa.
Nama Umum
Alat Gerak
Cara Berkembangbiak
Ciri-ciri lain
Sarcodina (Amoeba)
Pseudopodia (kaki semu)
Pembelahan biner;
 tidak ada reproduksi seksual
Kebanyakan spesies
 hidup bebas;
 heterotrofik
Mastigophora (Flagellata)
Flagel
(bulu cambuk)
Pembelahan biner
membujur, pada
 beberapa kelompok
 ada reproduksi
 seksual.
Nutrisinya fototrofik, heterotrofik atau
kedua-duanya.
Ciliophora (Cilliata)
Silia (bulu getar)
Pembelahan biner
 melintang, reproduksi seksual
dengan konjugasi
Kebanyakan spesies
hidup bebas,
heterotrofik.
Sporozoa
Tidak memiliki alat gerak, gerak dengan meluncur atau
tidak bergerak;
tak ada anggota lokomotor luar.
Secara vegetatif disebut skizogoni dan secara generatif disebut
sporogoni.
Semua spesies parasitik




ARTIKEL PENELITIAN
Pemanfaatan Kulit Udang, Kulit Telur Ayam, dan Cangkang Kepiting untuk Mengendalikan Colletotrichum capsici, Penyebab Antraknosa pada Cabai  Merah
Oleh
Melkior P. Nahak
Pembimbing:                                                                                                                             
 1. Dr. Ir. Eko Budi Widayanto, MS,
2. Ir. Agnes V. Simamora, MCP
Antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici merupakan salah satu penyakit penting pada cabai merah di pertanaman maupun di pasar di wilayah kota Kupang. Jamur ini mempunyai konidia berbentuk seperti bulan sabit, biakan murninya berwarna putih keabu-abuan dengan kecepatan tumbuh selama tujuh hari untuk memenuhi cawan petri yang berdiameter 9 cm.
Hasil pengujian secara in vitro maupun in vivo menunjukkan bahwa penggunaan kulit udang mulai dari konsentrasi 25 g/L dan cangkang kepiting 35 g/L paling efektif dalam mengendalikan antraknosa pada cabai merah. Penggunaan kulit udang dan cangkang kepiting tersebut ternyata lebih efektif dibandingkan dengan fungisida Dithane M-45 pada dosis anjuran. Ini menunjukkan bahwa bahan-bahan ini mengandung bahan aktif yang sangat baik untuk menghambat pertumbuhan jamur C. capsici maupun antraknosa pada cabai merah. Bahan aktif tersebut diduga adalah kitosan. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Rogis dkk (2007) dan Pamekas (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan kitosan maka semakin efektif dalam mengendalikan penyebab antraknosa pada pisang maupun cabai merah.
Pemberian tepung kulit telur (pada semua tingkatan konsentrasi), kulit udang 5 g/L dan 15 g/L, serta cangkang kepiting 5 g/L, 15 g/L dan 25 g/L tidak memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan diameter koloni jamur yang tumbuh mencapai 76 mm hingga 89 mm (hampir memenuhi cawan petri) dan pada buah cabai yang diinokulasi jamur menunjukkan adanya gejala. Koloni jamur yang berdiameter 5 mm sudah mulai menyebar sehari setelah dilakuan inokulasi. Khusus pemberian tepung kulit telur, pada semua level konsentrasi tidak menunjukkan hasil yang baik karena pada saat dicampur dengan medium maupun aquades, bahan aktif ini tidak tercampur rata walaupun pada saat dilakukan penuangan sudah digoyang berkali-kali.
Dari semua perlakuan pada percobaan in vivo, masa inkubasi (waktu munculnya gejala) baru terjadi pada hari ke-2 setelah inokulasi. Hal ini terjadi karena jamur C. capsici yang dinokulasi ke dalam buah cabai masih membutuhkan waktu untuk menginfeksi buah cabai. Menurut Semangun (2007), jamur C. capsici pada buah cabai masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Infeksi C. capsici hanya terjadi melalui luka-luka (Nur Imah Sidik dan Pusposendjojo, 1985 dalam Semangun, 2007).

Jamur Fusarium oxysporum


Gambaran Umum Fusarium oxysporum
Fusarium oxysporum merupakan patogen penyebab penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Fusarium merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae, ordo Hypocreales yang potensial sebagai penghasil mikotoksin yang banyak dijumpai pada bahan makanan ternak maupun bahan pangan. Jamur ini berada dimana-mana, bersifat saprofit dan parasit (Makfoeld, 1998 dalam Henuk, 2002).
Jamur ini dapat bertahan lama dalam tanah dengan bentuk klamidiospora. Jamur melakukan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka atau melalui luka pada akar. Penyakit layu dapat berkembang pada suhu tanah 21-33˚C, dengan suhu optimumnya adalah 28˚C. Seperti kebanyakan Fusarium, penyebab penyakit ini hidup pada pH tanah yang luas variasinya. Penyakit akan berkembang lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tapi miskin kalium (Semangun, 1996).

Klasifikasi Jamur Fusarium oxysporum
            Superkingdom: Eukaryota
                        Kingdom: Fungi
                                    Filum:  Ascomycota
                                                Kelas:  Sordariomycetes
                                                            Ordo:   Hypocreales
                                                                        Genus: Fusarium
            (www.google.com/klasifikasi fusarium oxysporum).

Taksonomi Jamur Fusarium oxysporum
            Taksonomi dari jamur Fusarium oxysporum ini hanya terdiri dari nama ilmiah dan nama lainnya atau nama spesiesnya seperti :
*      Fusarium oxysporum f. sp. sp. melongenae melongenae (nama ilmiah),
Fusarium oxysporum f. melongenae melongenae (nama lain).
*      Fusarium oxysporum f. sp. Vanila (nama ilmiah),
Vanilla root rot (nama lain).

Morfologi Jamur Fusarium oxysporum
            Jamur Fusarium oxysporum memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia. Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi serta memiliki permukaan yang kasar berserabut dan bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk konidium. Konidiofor bercabang-cabang dan makrokonidium berbentuk sabit, bertangkai kecil dan seringkali berpasangan. Miselium terutama terdapat di dalam sel khusus di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat diantara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim didekat terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum adalah fungi aseksual yang menghasilkan 3 spora yaitu :
1.      Makrokonidia
Makrokonidia berbentuk panjang melengkung, dikedua ujung sempit seperti bulan sabit,terdiri dari 3-5 sel dan biasanya di temukan di permukaan.
2.      Mikrokonidia
Mikrokonidia adalah spora dengan 1 atau 2 sel yang dihasilkan Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Mikrokonidia memiliki bentuk yang bulat sampai oval, uniseluler dan tidak berwarna.
3.      Klamidiospora
Klamidiospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh di air (www.google.com/morfologi fusarium oxysporum).

Ciri Tanaman Terserang Jamur Fusarium oxysporum
Gejala awal yang terlihat akibat serangan pathogen ini yaitu memucatnya tulang-tulang daun terutama daun-daun atas kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih tua selanjutnya tangkai daun akan merunduk dan akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan.. jika tanaman sakit dipotong maka dekat pangkal batang akan terlihat suatu cincin dari berkas pembuluh (Semangun, 1996).
Jamur ini menyerang pada setiap tingkat umur. Menginfeksi tanaman melalui luka-luka yang terjadi pada akar, kemudian berkembang di berkas pembuluh sehingga terganggunya pengangkutan air dan zat-zat hara (Cahyono, 1998 dalam Henuk 2002).